Rabu, 23 Oktober 2013

WARISAN PENJUAL BAKSO KELILING


Seorang pedagang bakso keliling  terbaring lemah di ICU sebuah rumah sakit  di Jakarta Selatan. Dia didampingi istri dan tiga anaknya. Merasa tidak mungkin bertahan,  sang pedagang bakso  berpesan pada keluarganya:

“Mungkin usia Bapak sudah tak lama lagi. Bapak berharap kalian bertiga menjaga Ibumu sebaik mungkin. Jangan ada di antara kalian bertengkar karena hal sepele, apalagi berebut warisan dari Bapak”.


Pedagang bakso - karbonjournal.org









Istri dan ketiga anaknya saling berpandangan, air mata pun mulau mengalir membasahi pipi masing-masing.

“Dul, sebagai anak tertua tolong urus perumahan Cinere. Jangan lupa, rumah yang di pojokan harus diprioritaskan", pedagang bakso memulai pesannya.

"Marni,  sebagai anak perempuan Bapak satu-satunya, tolong urus Perumahan Mutiara. Jangan lupa prioritaskan rumah yang nomor tiga dari depan".

"Lalu Banu, sebagai anak bontot  harus bisa mengurus Perumahan Pesona. Di sana ada dua rumah yang harus diproiritaskan, yaitu di Blog FG-53 dan GF-59”.

Ketiga anaknya saling pandang, lalu mengangguk lemah pada ayahnya. Air mata ketiganya mengalir makin deras. Mereka buru-buru memaling muka, takut ayahnya ikut sedih.

“Nah, Ibu harus menjaga kerukunan anak-anak kita. Maka Ibu cukup mengurus yang ada di sekitar kelurahan kita. Terutama perumahan do RW 03".

Suster rupanya diam-diam mencuri dengar pembicaraan tersebut. Dia takjub lalu berbisik pada si Ibu. “Aduh suami Ibu benar-benar hebat, meski Bapak hanya penjual bakso keliling tapi bisa meninggalkan warisan sebanyak itu”.

Si Ibu terbelalak. “Warisan apaan sih Suster? Yang dibicarakan Bapak tadi adalah jalur pelanggan baksonya Bapak!”

PRASANGKA BAIK PELAYAN WARUNG MAKAN

 A njuran berprasangka baik (husnuzon) kayaknya paling diterapkan oleh penjaga warung makan. Mereka tak mudah tersinggung hanya oleh ucapan ...