Ahmad Fathana tiba-tiba meriang. Dia merasa ada yang aneh di daerah selangkangan, banyak bintik merah, bahkan bintik tersebut menjalar sampai daerah alat vital yang selama ini sangat dia banggakan.
|
dokter - bp.blogspot |
Fathana buru-buru pergi ke dokter. Dia mendatangi dokter paling beken di rumah sakit internasional.
Sambil senyum mengembang, Fathana menjabat tangan dokter senior di rumah sakit tersebut.
"Dok tolong saya", suara Fathana pelan "Ada bintik merah di daerah selangkangan!"
Tanpa banyak bicara, dokter langsung minta Fathana membuka celana. Dengan sedikit malu, Fathana membuka resleting dan langsung muncul alat vitalnya yang ternyata gak pernah bisa tidur. Dokter membolak-balik alat vital tersebut, tidak terlalu lama, langsung mengambil kesimpulan.
"Tidak ada cara lain, alat vital Bapak harus diamputasi", ujar dokter mantab.
"Ah ...!" Fathana kaget tak percaya. "Dokter becanda?"
"Benar Pak, alat vitalnya harus diamputasi!" jelas dokter penuh keyakinan. "Kalau terlambat diamputasi, virus akan menjalar kemana-mana, bahkan sampai paru-paru dan otak, sehingga jiwa Bapak sulit ditolong lagi"
Wajah Fathana berubah pucat pasi. "Berapa lama virus itu akan menyebar?" tanya Fathana gemetar cemas.
Sambil menunjuk kalender, dokter berucap: "Paling lama satu bulan!"
Fathana sedikit lega. Dia yakin masih ada waktu untuk memikirkan soal amputasi tersebut. Dia juga tidak mau percaya begitu saja pada dokter botak tersebut. Dia memutuskan mencari second opinion dari ahli pengobatan lain.
Ia pergi ke Eyang Gulali, dukun terkenal di Kampung Kandang.
Fathana sengaja datang malam hari agar gak ada yang curiga.Pelan-pelan dia menjelaskan persoalannya kepada Eyang Gulali. "Kata dokter alat vital saya harus diamputasi", ujarnya.
"Gila, itu dokter gila!" teriak Eyang Gulali kelihatan kesal. "Dasar dokter sekarang, yang dipikir cuma uang, uang, dan uang. Masa persoalan seperti ini saja harus diamputasi?"
Fathana kaget tapi sedikit lega. "Emang ada cara lain, Eyang?" tanya Fathana penuh harapan.
Eyang Gulali mengambil sesuatu dari bawah mejanya, lalu menyodorkan sebotol minyak pada Fathana. "Silakan Bapak oleskan minyak ini di bagian pangkal alat vital Bapak...", ujarnya.
Tanpa pikir panjang, Fathana merebut minyak itu dari tangan Eyang, lalu berlari ke kamar mandi. Dilumurinya seluruh alat vital dengan minyak pemberian Eyang, lalu kembali ke Eyang dengan senyum mengembang.
"Terima kasih banyak Eyang... Eyang telah menyelamatkan hidup dan reputasi saya", ucap Fathana lega sambil menyodorkan sebuah amplop tebal berisi uang pecahan seratus ribuan.
Seolah tanpa ekspresi si Eyang menerima amplop tersebut. Lalu, sambil menyalami Fathana, Eyang berucap: "Saya juga terima kasih mendapat uang sebanyak ini".
Fathana ngeloyor ke pintu. "Sekali lagi terima kasih Eyang", ucap Fathana sambil senyum mengambang.
"Sama-sama Pak", jawab Eyang kalem. "Nanti, kalau dalam tiga hari alat vital Bapak belum lepas, silakan datang ke sini lagi. Gratis!!!"
??????!!!!! Fathana pingsan!!!!