Senin, 09 November 2020

PRASANGKA BAIK PELAYAN WARUNG MAKAN

 Anjuran berprasangka baik (husnuzon) kayaknya paling diterapkan oleh penjaga warung makan. Mereka tak mudah tersinggung hanya oleh ucapan pelanggan.

Lihatlah pelayan Warung Padang, tak pernah tersinggung meski pelanggannya bilang:  "Apakah kalian di sini ada otak?" Paling mereka hanya tersenyum bilang "Maaf Pak/Bu, kami di sini gak jual otak!" (Warung Padang memang biasanya jual gulai otak)

Begitu juga dengan pelayan Warung Palembang, mereka tak tersinggung ketika ada pelanggan bilang: "Apakah kalian di sini galak dengan pelanggan baru?" Mereka paling bilang: "Galak nian ey, apalagi lagi kalo pelanggan baru itu cantik, ganteng, dan royal (Galak bahasa Palembang artinya suka)

Warteg (sinarharapan.co)

Paling berprasangka baik adalah pelayan Warung Tegal alias Warteg, tidak akan marah meski dibilang "bispak". Mereka hanya akan senyum mengiyakan, karena semua pelayan warteg past bispak alias bisa ngapak (bahasa Tegal memang ngapak)


Minggu, 08 November 2020

SENYUM TERAKHIR SANG ISTRI

 Ketika mau menulis intermezo tentang istri, tak tega, apalagi mau membuat sesuatu yang lucu tentang dia. Sakit jantung yang menderanya begitu para, sehingga harus bolak-balik ke rumah sakit, bahkan pernah dirawat lebih dari setengah bulan. 

Istri selalu dirawat di ICU, di RS Cipto Mangun Kusumo dua kali, RS Hermina  Depok tiga kali, RS Permata Ibu Depok tiga kali, RS Pasar Minggu dua kali, dan RS Diagram Cinere dua kali. Dia menghembuskan nafas terakhir di RS Diagram, 17 Oktober 2019.


Tak mungkin saya lupa dua kali di pernah bilang di tengah sakitnya: "Pa, kita jual aja rumah kita di Depok. Kita pindah dan tinggal di Pulau Bangka aja!" 

Saya paham maksudnya, saya melihat dia sangat nyaman ketika kami pernah kesana. Apalagi di sana ada sepupu dan keponakannya. Tapi karena naluri ingin becanda, saya jawab:

"Jangan tinggal di Bangka Ma. Kita kan sudah tua, nanti jadi tua bangka".

Dia tersenyum di tengah sakitnya. Senyum terakhirnya, manis sekali!

POLITIK INDONESIA VS AMERIKA

 Jadi pengamat politik Indonesia pasti lebih sulit dibanding nonton politik Amerika. Gelanggang politik Amerika persis seperti pertandingan bola, hanya ada dua tim yg berlaga. Masing-masing tim, jelas pemain dan kostumnya, jelas bendera dan yel-yel, bahkan jelas suporternya.


Sedangkan gelanggang politik Indonesia sangat beda. Banyak tim tumplak di lapangan yg sama dan mengenakan kostum hampir sama. Maka banyak pemain bingung harus menendang ke arah mana, takut tak sejalan dengan keinginan pelatihnya.

Sangat susah mengetahui persis tim mana yg berkawan dan melawan tim mana.

Kalaupun mereka terlihat berkawan, kadang hanya karena berada di tempat sama memesan penganan yg sama. Begitu juga kalau mereka terlihat berlawanan, kadang hanya kerena moodnya saja yg lagi gak sama.

Hubungan antar partai maupun antar politisi sangat cair di Indonesia. Mereka memilih kawan dan lawan berdasarkan situasi, kondisi, waktu, dan lokasi. Bukan berdasarkan visi dan misi.

Apa yg kita saksikan kemarin, kadang sangat berbeda dengan hari ini. Apa yg kita saksikan di Jakarta, beda sekali dengan di Sumbawa maupun Papua. Maka jangan heran kalau kita lihat ada partai atau politisi yang tiba-tiba berubah!

Tapi sekarang justru Amerika mulai meniru politik Indonesia, yaitu sulit sekali mengaku kalah! Hal ini terlihat dari sikap ngotot Donald Trump, meski sudah jelas kalau dari Joe Biden, dia tetap ngaku sebagai pemenang dan menuduh curang tanpa bukti.

Jumat, 10 Februari 2017

HATI-HATI DI LIFT RUMAH SAKIT

Cerita "sedikit horor" ini dialami nenek-nenek tetangga saya kemarin. Dia bermaksud menggantikan anaknya, menjaga adiknya yang  dirawat di ICCU RSUD Minggu. Tiba di RS menjelang Maghrib, disarankan Satpam agar naik lift ke Lt-3. Bingung sih, tp akhirnya dia masuk lift yg ditunjuk. 


Lift bergerak naik, sekejap sudah berada di Lantai 8. Masuk banyak orang sehingga lift penuh sesak. Lift pun bergerak turun, tak lama sudah sampai basement. Si nenek bingung, tanya lagi pada Satpam. Rupanya dia lupa memencet tujuannya di Lt 3. Maka hati-hatilah kalau masuk  lift RS. Xixixi

Senin, 06 Februari 2017

WAWANCARA CALON DOKTER

Ketika menunggu istri opname di RS pertengahan tahun lalu, seorang calon dokter (Cadok) bertanya pada saya:

"Apakah Bapak merokok?" tanya Cadok.
"Pernah, tapi terakhir 23 th lalu", jawab saya.
"Apakah Bapak pernah nyuntik?"
"Pernah!". 

 Saya melihat Cadok kaget dan langsung menatap lekat ke mata saya.
" Sejak kapan?" 
"Sejak kecil".
" Apakah sekarang masih?"
"Kadang-kadang".

Cadok sekali lagi menatap mata saya, lalu beralih menatap temannya. 

"Terima kasih Pak", ujarnya meninggalkan saya.

Saya gak bisa menebak apa yang difikirkan Cadok tentang saya? Entah apa persepsinya tentang "nyuntik?" Tapi saya merasa telah bicara apa adanya.

suratkabar.id

Sejak kecil, kalau sakit saya pergi ke Mantri (di kampung tak ada dokter). Biasanya Mantri selalu menyuntik punggung saya. Sekarang pun kalau sakit, kadang saya ke Hurus Diyanto, dokter dekat rumah. Seperti saya alami kemarin, Hurus bilang: "Disuntik ya Bang" dan dia pun menyuntik punggung saya.

Rabu, 21 Desember 2016

ANJURAN KELIRU DI HARI IBU

Bagio termasuk lelaki sangat sayang istri. Di hari ibu tahun ini, ia kumpulin semua karyawannya yang laki-laki untuk dinasehati agar menyayangi istri. "Istrimu adalah ibu dari anak-anakmu, maka janganlah hatinya disakiti. Sukses kariermu tak mungkin tanpa peran istri. Contohnya saya, bisa seperti ini karena ada istri yang mendampingi. Maka setiap pagi saya selalu peluk dan cium istri saya", ujarnya sambil tertawa renyah. Seisi ruangan ikut tertawa.

tipsbejoblogspot
Tapi Bagio melihat ada seorang karyawan bernama Dani, sepertinya enggan tertawa. 
"Kenapa Anda seperti kurang gairah?" tanya Bos.
"Gak enak badan Bos", jawab Dani agak gugup. 
"Apakah Anda sudah memeluk istri pagi ini?' si Bos menggoda.
"Be... be.. Belum Bos",  Dani makin gugup. Semua orang mentertawakannya.

Dengan bijak Bos mendekati Dani. "Sekarang Anda pulang. Peluklah dan cium dia seperti saya tadi agar Anda bisa selalu bergairah seperti saya!' ujar Bos menasehati.

Dani takut membantah. Dia buru-buru meninggalkan ruangan. Bingung pergi kemana karena di usia hampir kepala empat, dia belum punya istri. Dani ingat kata-kata Bos; "Peluklah dan cium istri biar bergairah seperti saya".  Maka pelan-pelan dia menjalankan kenderaan menuju rumah Bos, menemui istri Bosnya agar dia bisa bergairah seperti Bos.

Minggu, 18 Desember 2016

PLAYBOY BAGIO PINGSAN

Bagio sumringah menerima undangan pelantikan teman sekolahnya yang terpilih menjadi Bupati. "Bisa nostalgila", gumamnya sambil senyum. Kebetulan teman tersebut, Nuridin adalah teman playboynya semasa SMA dan sekaligus teman kuliahnya di Bandung.

Ketika sesi foto Bagio kaget melihat seorang cewek manis tersenyum padanya. "Rasanya pernah kenal?" fikirnya. Si cewek menghampiri: "Mas Bagio lupa ya? Maklum playboy gampang lupa!" goda si cewek. Naluri playboy Bagio bergelora, teringat prinsip yang pernah digelutinya di masa muda: "Jangan ada kesempatan disia-siakan. Pamali!", fikirnya. Bagio membalas senyum si cewek: "Nggak lupa kok!" ujarnya kelihatan kurang yakin.

Lepas sesi foto, Bagio menggamit si cewek, mengajak ngomong berdua. Mereka memilih teras Balai Kota yang agak lengang. "Maaf, maklum sudah tua dan lama gak ketemu teman-teman SMA, saya banyak lupa", ujar Bagio membuka pembicaraan.

"Paham! Maklum playboy yang digilai banyak wanita, gak mungkin ingat orang seperti saya.", ujar si cewek manja. "Saya Mita, Mas!"


JPPN
Bagio mencoba mengingat semua temannya semasa SMA. "Kalau cewek cantik mana mungkin saya lupa!" gumamnya. Ada Nia yang centil; Maria yang bahenol; Marni yang agresif; Anita yang imut; Irna yang gak negbosanin; Ade yang baper; Euis yang hangat. Semua cewek tersebut pernah dikencaninya. "Rasanya gak ada yang nama Mita?" gumamnya.
Tapi dasar playboy otaknya gampang konslet. "Masa bodohlah dulu gak ada nama Mita. Sekarang ada di depan mata, masa kesempatan disia-sia!" fikirnya.

"Mit, menurut kamu apakah saya di SMA dulu bodoh?"
"Ah Mas Bagio kan selalu juara kelas!"
"Maksud saya, bodoh gak ingat ada cewek secantik kamu".
"Soalnya Mas Bagio sibuk dengan gebetannya yang gonta gati itu!"
"Kok kamu tahu?"
bisik Bagio sambil mencium tangan Mita.
"Ya Mas, saya kan Adam Sumita, teman sebangku Mas Bagio di Kelas 2"

Bagio pingsan!!!

PRASANGKA BAIK PELAYAN WARUNG MAKAN

 A njuran berprasangka baik (husnuzon) kayaknya paling diterapkan oleh penjaga warung makan. Mereka tak mudah tersinggung hanya oleh ucapan ...