Sabtu, 26 Januari 2013

DEMI INDONESIA DAN PARTAI


Sebuah pesawat terbang yang membawa para tokoh nasional tiba-tiba mengalami kerusakan.... Kapten Pilot muncul di kabin, dan mengumumkan, "Bapak-bapak dan ibu-ibu, pesawat sudah kami posisikan di atas laut. Harus ada yang berani terjun supaya kita bisa selamat".

Yang pertama berdiri, Megawati Sukarnoputri, "Demi Indonesia! Hidup PDI-P !!!" katanya seraya terjun tanpa parasut. 


Kemudian bangkit Prabowo, "Demi Indonesia! Hidup Gerindra !!!" katanya, lalu ia pun terjun sambil salto. 

Tidak mau kalah, Wiranto juga berdiri, "Demi Indonesia! Hidup Hanura !!!" katanya, dan ia pun terjun melayang. 


Akhirnya berdiri SBY, "Demi Indonesia! Hidup Partai Demokrat !!!" katanya, lalu ia menangkap Anas Urbaningrum dan melemparkannya keluar pesawat.


Anekdot ini  saya kutip dari FB Muklis Gumilang

ANEKDOT SUNDA JAWA

Seorang Komandan Kompi TNI di Jawa Barat memutuskan akan menggunakan bahasa Sunda dalam berkomunikasi dengan anak buahnya. Selain untuk menambah keakraban, juga untuk melestarikan budaya Sunda.

Ketika apel bendera, Komandan Kompi tersebut menjadi komandan upacara, dia mulai menggunakan bahasa Sunda. "Siap gerak!" Semua anggota kompi dengan sigap melakukan siap sempurna.

 "Cokot senjata gerak!" 

Semua anggota kompi langsung mengangkat senjata, kecuali seorang yang berdiri paling belakang. Dia mengangkat senjata ke mulut lalu menggigit senjata tersebut  

Ternyata anggota tersebut berasal dari Jawa  dan di Jawa, kata "cokot" berarti "gigit". Demi kepatuhan terhadap atasan, dia langsung mencokot (menggigit) senjata tersebut.


Rabu, 23 Januari 2013

SERBA SERBI SEMBOYAN 3 B

Semboyan 3B ternyata memiliki makna berbeda pada tiap daerah. Paling tidak semboyan ini dikenal di Papua, Manado, dan Palembang.

Secara nasional kita mengenal semboyan 3B ketika ada event Lomba Ratu Kecantikan alias Pemilihan Puteri Indonesia, yaitu: b (Brain), B (Beauty), dan B (Behavior). Penilaian terhadap seorang ratu didasari pada tiga kriteria tersebut, yaitu: Brain (kecerdasan), Beauty (kecantikan fisik), dan Behavior (kepribadian dan tingkah laku)


-----

Kalau ke Manado, Sulawesi Utara sering kita mendengar ada celetukan tentang 3B, yaitu: Bubur, Bibir, dan Bunaken. Celetukan ini terkesan agak nakal tapi begitu terkenal. Terlepas dari kesan sedikit genit, tapi penulis mengakui, bubur Manado memang enak dan Bunaken sangat indah.


-----

Di Papua, istilah 3B  populer untuk menggambarkan tingkah laku para lelaki di daerah Indonesia paling Timur tersebut,  yaitu B (Bar), B (Bir), dan B (Bor). Semboyan ini untuk menyindir kebiasaan lelaki yang suka pergi ke Bar, minum Bir (mabok), lalu nge-Bor (menyewa layanan perempuan)


-----

Di Palembang, Sumsel, kita juga mengenal 3B untuk menggambarkan kekesalan terhadap seseorang yang susah diatur, yaitu B (Bodoh), B (Bengak), dan B (Belagu). Sudah bodoh, susah menerima ajaran, belagu lagi!


-----

Gusti Randa, pengacara yang juga artis, ketika  maju sebagai calon anggota Exco PSSI mengusung semboyan 3B: Benar, Bersih, dan Bersama.

MITING KOK PAKE JAS DAN DASI?



Seorang Opung (kakek) yang tergolong BTL (Batak Tembak Langsung) baru saja datang ke Jakarta, mengunjungi anak bungsunya (Ucok) yang baru saja diangkat menjadi pejabat di perusahaan asing. Ketika bangun pagi dia melihat Ucok sudah pakai dasi dan siap berangkat kerja. Ucok cium tangan bapaknya, lalu buru-buru naik ke mobil disaksikan istri dan bapaknya.

"Santi ... mau kemana itu Ucok buru-buru sekali ..?"  tanya Bapak kepada mantunya.


"Mau meeting, Pak!" jawab Santi takzim. Kebetulan Santi ini mojang Sunda yang belum pernah ke tanah Batak sehingga belum bisa bahasa Batak.

"Memang mau miting dimana dia itu? tanya Bapak penasaran.

"Meeting di hotel, Pak", jawab Santi polos.

"Bah... " ujar Bapak heran. "Sombong sekali si Ucok, miting aja harus di hotel?  Mentang-mentang jadi pejabat,  miting pun harus pakai jas dan dasi?"


"Memang meeting mereka biasanya di hotel Pak", jelas Santi polos.

"Bah, ngapain pula harus miting di hotel, pakai jas dan dasi pula. Miting aja di rumah, wc di sini bagus. Di kampung kami, orang miting cukup di kali dan hanya pakai sarung".

"????????", Santi bengong...

(Note: 'miting' dalam bahasa Batak berarti 'buang air besar' alias berak)



Selasa, 22 Januari 2013

HUMOR USTADZ KEBABLASAN

Arje 

Dalam menyampaikan ceramah,  para Ustadz kadang menyisipkan humor agar menarik. Namun humor tersebut kadang kebablasan, sehingga bukan simpati yang didapat, malah menimbulkan antipati dari jamaah. Inilah contoh humor Ustadz yang tergolong kebablasan.



 

Tidak Mau Panjang Lebar

Seorang Ustadz yang mendapat giliran ceramah terakhir pada acara Maulid di dekat rumah saya di Depok, membuka ceramahnya dengan kata-kata begini: 

"Bapak-bapak dan Ibu-ibu yang saya muliakan. Saya tidak akan menyampaikan ceramah saya dengan panjang lebar. Kalau terlalu panjang, kasihan pada Ibu-ibu.Tapi kalau terlalu lebar, kasihan Bapak-bapak".  

Ggrrrrrrrr ... banyak jamaah yang tertawa, terutama Bapak-bapak. Tapi banyak juga, terutama Ibu-ibu yang kesal karena menganggap tak pantas Ustadz bicara menjurus ke seks seperti itu.


Lebih Banyak Perempuan Rela Dimadu

 Ustadz Muhammad Nur Iskandar sangat ngetop di tahun 1980-an. Namanya langsung redup karena melaksanakan pernikahan semalam dengan seorang janda. Ustadz Nur pernah menyampaikan joke yang menghilangkan simpati kaum perempuan. 

Dia bilang: "Kalau dibandingkan antara jumlah  perempuan yang mau dimadu dan tidak mau dimadu, lebih banyak perempuan yang rela dimadu. Perbandingannya tiga berbanding satu". Alasannya, hanya istri pertama saja yang tidak mau dimadu, sedangkan istri kedua, ketiga, dan keempat pasti mau dimadu.


 Ustadz Harus Beristri Lebih Dari Satu

 Ustadz Muhammad Arifin Ilham juga pernah dianggap membuat lelucon yang tidak lucu oleh jamaahnya sendiri, terutama oleh kaum perempuan. Soalnya, sejak dia beristri dua, ceramahnya selalu "menyimpang" ke cerita rumah tangganya. 

Dia sering bilang, tidak bisa berlama-lama karena dua bidadarinya sudah menunggu di rumah. Yang paling membuat Ibu-ibu kehilangan simpati, ketika dia menganjurkan Ustadz yang lain (antara lain Ustadz Huda) agar mengikuti jejaknya, menikah lagi. Bahkan dia bilang akan menyumbang uang Rp 10 juta kalau Ustadz Huda mau menikah lagi.

Sebenarnya apa yang dilakukan Ustadz Arifin Ilham ini bukan hal yang aneh, karena dia pernah bilang: "Saya belum mampu jadi Orang Banjar (daerah asalnya Banjarmasin) karena istrinya belum mencukupi. Menurutnya, bagi Orang Banjar: lelaki beristri satu baru belajar; beristri dua wajar; beristri tiga terpelajar, dan beristri empat baru Orang Banjar.

PRASANGKA BAIK PELAYAN WARUNG MAKAN

 A njuran berprasangka baik (husnuzon) kayaknya paling diterapkan oleh penjaga warung makan. Mereka tak mudah tersinggung hanya oleh ucapan ...