Sabtu, 02 Februari 2013

CATATAN GAYA HIDUP

Di tahun 70 - 80an, ada pepatah yang diajarkan di sekolah: "Berakit-rakit ke hulu, berenang ke tepian --- Bersakit-sakit dahulu, bersenang kemudian". Pepatah tsb bahkan menjadi filsafat hidup banyak orang dan menjadi tolak ukur tentang: kerja keras, kejujuran, dan kesabaran. 

Kita diajarkan utk tidak berfikir jangka pendek, tapi "happy ending". Orang tua, ustadz, dan guru selalu mengingatkan agar tidak melakukan sesuatu yg dapat menghalangi kita mendapatkan "happy ending" paling sempurna, yaitu syurga.

Setelah era 90-an, saya tidak pernah mendengar pepatah tersebut diajarkan, bahkan sudah diplesetkan oleh Grup Musik terkenal SLANK menjadi: "Bersakit dahulu, lalu mati kemudian!". Bahkan sebagian kita diajarkan semboyan: "Muda foya-foya, tua kaya raya, dan mati masuk syurga". Sejak saat itu, mulailah kekayaan menjadi tolak ukur keberhasilan, tak peduli diperoleh dengan cara bagaimana.

Maka sejak era 90-an, banyak orang mulai berprinsip: "Nikmati dan lakukan apa saja selagi bisa, mumpung ada kesempatan di depan mata". Soal moral, hukum, apalagi pandangan tetangga, bukan urusan kita. Pokoknya jangan fikirkan apa yg terjadi setelahnya, terutama soal syurga dan neraka.

Sekarang, setelah kejadian demi kejadian tragis kita saksikan akibat gaya hidup: Bendahara Umum Partai Demokrat, Muhammad Nazarudin ditangkap KPK kerena permainan terder di berbagai instansi pemerintah; Raffi Ahmad ditangkap karena pesta narkoba; Presiden PKS ditangkap karena suap kuota impor daging sapi; Ketua Mahkamah Konstitusi, Akil Mochtar ditangkap KPK karena suap pemenangan Pilkada; mungkinkah kita akan mengevaluasi prinsip hidup kita???

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PRASANGKA BAIK PELAYAN WARUNG MAKAN

 A njuran berprasangka baik (husnuzon) kayaknya paling diterapkan oleh penjaga warung makan. Mereka tak mudah tersinggung hanya oleh ucapan ...