Anitha memang istri penurut, meski bersuami pria penuntut. Dia rela tinggal di rumah mertua demi mengikuti kemauan suami. Ketika suami menuntut agar berhenti kerja, dia pun dengan senang hati menurut. Dia juga menurut ketika suaminya melarang keluar rumah tanpa ditemani suami.
Sayangnya dia bersuami pria pencemburu sekaligus pelit. Suaminya selalu menuntut agar dia mampu mencukupi belanja dengan pemberian seadanya. Terakhir suaminya menuntut agar dia mengenakan cadar dan tak boleh bicara dengan tetangga. Anitha tetap menurut meski hati mulai nelangsa.
Suatu hari ketika suaminya libur di rumah, Anitha memberanikan diri bicara pada suaminya.
"Pa .. Mama selama ini selalu menurut semua tuntutan Papa. Tinggal di rumah mertua, berhenti kerja, belanja dengan uang seadanya, terakhir mengenakan cadar dan tak boleh bicara dengan tetangga".
"Ya, Papa sangat menghargai ketulusan Mama. Mama memang istri penurut. Papa juga ingin Mama........."
Belum selesai suaminya bicara, Anitha menyanggah: "Mama tak keberatan Papa menuntut apapun. Tapi apakah boleh Papa memenuhi satu tuntutan Mama. Hanya satu tuntutan kok Pa!"
"Mama hanya menuntut bisa berhenti menjadi istri Papa. Mama mohon maaf, tuntutan ini sudah Mama sampaikan ke pengadilan agama. Mungkin sidangnya tak akan lama!"
Suaminya tersentak. Roman mukanya berubah pucat pasih. Bibirnya gemetar bilang: "Kok?" langsung pingsan. Ketika sadar, dia memperoleh kabar, Anitha sudah kembali ke rumah orang tuanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar