Selasa, 05 Februari 2013

TAK MENSYUKURI TAKDIR


Tak tahan menjalani kehidupan biasa-biasa saja, Tukul alias Rafi alias Jack berusaha mengambil jalan pintas agar jadi kaya dan berkuasa. Dia tak peduli  halal maupun haram menurut agama, yang penting bagaimana bisa jadi kaya, banyak harta, dan kemudian bisa berkuasa.

Tukul  pergi menyepi ke Gunung di jantung Pulau Jawa. Enam gunung sudah didatangi dengan membawa berbagai sesajen permintaan Kuncen di sana, namun belum ada tanda "penunggu gunung" akan mengabulkan permintaannya.

 Dia memutuskan mencari gunung di Pulau Sumatera, lalu memilih menyepi di Puncak Gunung Kaba. Rupanya di sana Tukul mendapat bisikan gaib,  agar melakukan tirakat di malam perayaan agama. Kata bisikan itu, tiap ada perayaan agama, apapun agamanya, Tukul cukup  tirakat  satu jam dan membayangkan apa  yang diharapkan, tak lama pasti terkabul sesuai permintaannya.

Kebetulan ketika dia pulang pas malam Lebaran Idhul Fitri. Ketika semua orang sedang takbiran, Tukul justru menyediakan sesajian. Ia berusaha tirakat pas tengah malam, membayangkan syurga umat Islam yang penuh kekayaan. Tak lama setelah itu,  Tukul tiba-tiba bergelimang harta kekayaan. 

Ketika Malam Natal, Tukul ingin mengulangi kesuksesan. Dia sediakan sesajen lalu tirakat selama satu jam.  Dia berusaha membayangkan kerajaan Tuhan, hidup penuh kekuasaan. Kebetulan di daerahnya sedang ada pemilihan anggota Dewan. Tukul mencalonkan diri, secara kebetulan terpilih menjadi anggota Dewan. Tukul merasa perlu mencocokkan namanya dengan kekayaan dan jabatan, maka dia minta disapa Rafi Ardatt.

 Meski kekayaan dan kekuasaan sudah digenggaman, belum juga membuat Tukul tentram. Soalnya usia sudah tua belum juga ada pasangan. Maka ketika Malam Nyepi, Tukul menyiapkan sesajenan. Dia tirakat lebih dua jam, coba membayangkan cantiknya wanita Pulau Dewata. Tak berselang bulan, Tukul sudah mengundang tetangga dan kolega karena sudah mendapatkan istri cantik nan  jelita. Di undangan namanya ditambah Jack, Jack Rafi Ardatt.


Nah, ketika sudah berkeluarga, Tukul rajin berdiri di depan kaca. Dia mulai sadar kalau wajahnya biasa saja. Meski namanya sudah berubah jadi Jack, tapi wajahnya tetap tak berubah. Dia mulai cemas, takut ditinggal istrinya, sehingga terlintas di benaknya untuk mengubah wajah. Maka ketika  malam Waisyak, diam-diam tanpa sepengetahuan istrinya, dia menyepi di sebuah vila. Dia menyiakan sesajen secukupnya, lalu tirakat cukup lama. Selama lebih dua jam, Tukul berusaha membayangkan bintang Holliwood pujaannya. Dia berusaha menemukan wajah paling tampan sejagat raya.

Sialnya, dia lupa harus membayangkan siapa? Malah terlintas wajah kontestan Miss World  di benaknya. Tiba-tiba tubuh dan jenis kelaminnya berubah. Tukul menjerit sekuat tenaga, ternyata dia sudah berubah jadi wanita!

Senin, 04 Februari 2013

PAHLAWAN KEBELET

Alkisah di Zaman Perjuangan, sekelompok pejuang sedang beristirahat siang di bawah pohon rindang. Tiba-tiba salah seorang dari mereka (anggap saja namanya Beju)  kebelet, lalu  buru-buru lari ke sungai. 

Ketika dia berada di sungai,  ternyata pasukan tentara Belanda menyerang teman-teman Beju.  Semuanya tewas mengenaskan.

Sewaktu Beju kembali ke pasukannya, dia terkejut bukan kepalang. Mayat teman-temannya bergelimpangan di bawah pohon. Beju takut luar biasa, tak terasa kencing membasahi celananya. Matanya mulai berkunang-kunang, kepalanya seperti terganjal beratnya beban, lalu Beju pun pingsan  lebih dari tiga jam. 

Sorenya Beju siuman, pas ketika itu datang  regu bantuan  pasukan pejuang. Semua orang memeluk Beju, kagum pada Beju yang dengan gagah berani mampu mengusir Belanda sendirian. Beju bengong, tapi menikmati ketika tubuhnya diangkat rame-rame oleh para pejuang. 

Maka atas kejadian tersebut Beju didaulat sebagai pahlawan.  Kebelet  ternyata bisa  jadi pahlawan!



CAPRES DAN NENEK MUAL


Seorang yang mengaku sebagai Calon Presiden (Capres)  namanya Farhat jalan sore di sebuah mal elite di Jakarta Selatan. Dia bertemu seorang Nenek kaya yang kelihatannya sedang mual. Muncul keinginan pencitraan dalam diri si "Capres", maka dia menyapa sang Nenek dengan lembut.

“Kenapa Nek? Nenek mual ya….”,  tanya sang Capres.
“Iya Nak”, jawab Nenek sambil meringis. "Perut Nenek mual setelah bertemu Anak".

Sang Capres pura-pura care, mencoba memegang dan mengelus bahu si Nenek.  Nenek makin meringis, sehingga si Capres tambah pura-pura care.   Nenek makin meringis menahan mual.


“Apa yang bisa saya bantu untuk Nenek?” tanya sang Capres sebijaksana mungkin.

“Terima kasih banyak.  Anak baik banget!  Oh ya,  kayaknya Nenek  pernah dengar suara Anak?  Dimana ya …?? Nenek lupa .. Mungkin  di tipi?  tanya Nenek.

"Oh ya Nek, saya ini kan Capres!"

"Oh, sekarang saya ingat... tapi siapa ya? Apa boleh Nenek melihat muka Anak?”, tanya Nenek serius.

‘”Oh, tentu boleh Nek .. “,  si Capres sumringah. “Memangnya kenapa, Nek?” tanya Capres penasaran.

“Perut Nenek mual banget … Biar muntah Nenek cepat keluar!”

(Referensi: status FB Budiarto Sambazy)

MISKOMUNIKASI SRIWIJAYA

Salah satu bahasa yang digunakan dalam  film Gending Sriwijaya adalah bahasa Lahat,  salah satu bahasa daerah di Sumatera Selatan.  Secara sekilas bahasa Lahat mirip bahasa Melayu, terutama pada penggunaan hurup ‘e’ (baca ‘e’ seperti pada ‘petang’), namun bahasa tersebut spesifik daerah Lahat dan Lematang, sehingga penggunaannya di media massa, seperti film bisa  menimbulkan salah paham bagi masyarakat daerah lain.

Coba perhatikan kalau ada dialog seperti ini:
Amran :  “Batak ape, Man?”
Arman : “Batak Anjing”
Amran : “Batak kemane?”
Arman : “Batak ke kandang”

Kata ‘batak’ dalam bahasa Lahat (Sumatera Selatan) berarti ‘bawa’, jadi ‘batak anjing’ artinya ‘membawa anjing’.


Begitu juga kalau ada dialog  antara Euis (gadis Sunda) dengan pacarnya, Amran (pria Lahat) seperti ini:
Euis      :  “Siapa orang  yang  kamu sayang?”
Amran : “Nenengku”.
Euis      : “Siapa?”
Amran : “Neneng”
Euis      : ?????

Neneng, dalam bahasa Lahat  maksudnya ‘nenek’, maka kata  ‘nenengku’ berarti ‘nenekku’.

Minggu, 03 Februari 2013

SAPI, KERBAU, DAN KUCING



Sore itu, sambil memamah-biak rumput, seekor kerbau dan seekor sapi ngobrol di kandang.

Kerbau: "Wah, kamu lagi ngetop ya, diberitakan di mana-mana sekarang. Hebatnya lagi, kamu bisa menyeret Presiden partai ke KPK." 

Sapi: "Ah, kamu juga ngetop duluan di Teve, dijuluki si Buya, dan malah dipakai untuk melecehkan Presiden beneran..". 

Tiba-tiba seekor kucing lewat dan nyeletuk: "Saya lebih ngetop dari kalian berdua!" 


Kerbau (menyergah): "Yang bener!?."
Sapi (membentak): "Apa buktinya?"

Sambil merem-melek kucing bilang: 
"Lho kan kabar soal kalian selalu dicemooh:  'Ah politik tai kucing'.. Hehehehe.. "  kucing melompat kabur. 

Kerbau dan Sapi serentak teriak: "!!***????!! jiiiancuk ken, cing.."

-----------------------------------------------------------------------------
CatatanAnekdot ini dikutip dari FB Prof Muhammad A S Hikam
 

Sabtu, 02 Februari 2013

CATATAN GAYA HIDUP

Di tahun 70 - 80an, ada pepatah yang diajarkan di sekolah: "Berakit-rakit ke hulu, berenang ke tepian --- Bersakit-sakit dahulu, bersenang kemudian". Pepatah tsb bahkan menjadi filsafat hidup banyak orang dan menjadi tolak ukur tentang: kerja keras, kejujuran, dan kesabaran. 

Kita diajarkan utk tidak berfikir jangka pendek, tapi "happy ending". Orang tua, ustadz, dan guru selalu mengingatkan agar tidak melakukan sesuatu yg dapat menghalangi kita mendapatkan "happy ending" paling sempurna, yaitu syurga.

Setelah era 90-an, saya tidak pernah mendengar pepatah tersebut diajarkan, bahkan sudah diplesetkan oleh Grup Musik terkenal SLANK menjadi: "Bersakit dahulu, lalu mati kemudian!". Bahkan sebagian kita diajarkan semboyan: "Muda foya-foya, tua kaya raya, dan mati masuk syurga". Sejak saat itu, mulailah kekayaan menjadi tolak ukur keberhasilan, tak peduli diperoleh dengan cara bagaimana.

Maka sejak era 90-an, banyak orang mulai berprinsip: "Nikmati dan lakukan apa saja selagi bisa, mumpung ada kesempatan di depan mata". Soal moral, hukum, apalagi pandangan tetangga, bukan urusan kita. Pokoknya jangan fikirkan apa yg terjadi setelahnya, terutama soal syurga dan neraka.

Sekarang, setelah kejadian demi kejadian tragis kita saksikan akibat gaya hidup: Bendahara Umum Partai Demokrat, Muhammad Nazarudin ditangkap KPK kerena permainan terder di berbagai instansi pemerintah; Raffi Ahmad ditangkap karena pesta narkoba; Presiden PKS ditangkap karena suap kuota impor daging sapi; Ketua Mahkamah Konstitusi, Akil Mochtar ditangkap KPK karena suap pemenangan Pilkada; mungkinkah kita akan mengevaluasi prinsip hidup kita???

JIKA TAK MENGHARGAI PERUT


Bila Anda menghadap cermin, coba lepas baju (tapi tetap bercelana heheee). Pandanglah ke arah perut. Mintalah maaf padanya karena selama ini pernah, mungkin sering memasukkan makanan yang tidak selayaknya. Berjanjilah sepenuh hati, bahwa Anda tidak akan membuatnya lebih buncit lagi. 


Ini cerita tentang teman yang selama ini tak menghargai perut. Kebetulan dia pergi ke toilet bersama saya. Ketika memandang tubuhnya yang sudah tidak bercelana, tiba-tiba dia menangis. Airmatanya sampai jatuh ke perutnya yang buncit.

"Kok menangis, mengapa?" tanya saya heran.
"Barang saya hilang!" jawabnya cemas. Tangisnya makin menjadi.
"Barang apaan...?" tanya saya heran.
"Alat vital saya hilang ..." katanya sambil menunjuk ke bawah.

Saya tertawa sejadi-jadinya, sampai keluar air mata.
"Kok tertawa?" tanyanya heran.
"Bukannya hilang, tapi gak kelihatan. Alat vitalmu ketutupan perutmu yang menggelembung!" ujar saya.

Akhirnya teman tersebut bisa tersenyum lega.

PRASANGKA BAIK PELAYAN WARUNG MAKAN

 A njuran berprasangka baik (husnuzon) kayaknya paling diterapkan oleh penjaga warung makan. Mereka tak mudah tersinggung hanya oleh ucapan ...